Batu Akik Nagasui dan akik panca warna dari Garut sudah sejak lama digemari pecinta jenis batu alam. Terlebih kilauan membuat batu dari Kecamatan Bungbulang ini marak digemari para kolektor lokal hingga mancanegara.
Batu-Akik Nagasui dan akik panca warna-2
Selain Panca Warna, batu hijau Ohen dan Topas pun sama populer dan laku di pasaran.
“Saya pikir keindahan warnanya jadi daya tarik konsumen,” jelas pemilik galeri batu Aang Atex Gamstone, Budi HW, Rabu (14/1/2015).
Adapun tiga jenis batu Panca Warna yang ramai diburu para pecinta batu Akik Nagasui dan akik panca warna, yakni jenis Edong (1juta hingga Rp25 juta), jenis Cisangkal (Rp750 ribu hingga Rp5juta) dan jenis Kalhi (Rp500 ribu hingga Rp2juta).
Batu-Akik Nagasui dan akik panca warna-3
“Harga itu tentu disesuaikan dengan kualitas motif warna, dan gambar unik di dalam batu,” katanya.
Jenis ini tidak bisa dipalsukan, kerena motifnya berbeda dan benar-benar unik.
“Bagi para pecinta batu Akik Nagasui dan akik panca warna, disarankan memilih Panca Warna dengan motif dan gambar yang unik,” jelasnya.
11 Kilogram Batu Akik Nagasui dan akik panca warna Bernilai Puluhan Juta Menempel di Mobil Edy
Batu Akik Nagasui dan akik panca warna diolah menjadi cincin, liontin, gelang, atau ikat pinggang, mungkin sudah biasa. Oleh warga Kampung Pasantren, Desa Bungbulang, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut ini, Edy Abdul Jalil (67), 11 kilogram batu Akik Nagasui dan akik panca warna berkualitas prima dijadikan bahan untuk menghias mobilnya.
Berbagai jenis bongkahan batu Akik Nagasui dan akik panca warna pancawarna, akuamarin, badar, hijau, dan lainnya, dibentuk sedemikian rupa menggunakan alat pemotong batu dan gerinda. Potongan batu ini kemudian dipasang pada sejumlah pelat besi.
Batu Akik Nagasui dan akik panca warna yang telah digosok ditempelkan pada pelat besi menggunakan campuran lem kayu dan serbuk bekas pemotongan batu Akik Nagasui dan akik panca warna. Pelat besi berhias batu Akik Nagasui dan akik panca warna ini pun ditempelkan pasa bagian depan, samping, dan belakang mobil. (Sam)
Sejarah Akik Nagasui dan akik panca warna Garut Hingga Melekat di Jari Pangeran Charles
Batu Akik Nagasui dan akik panca warna hijau dan batu jenis pancawarna Garut, Jawa Barat merupakan dua jenis batu mulia unggulan dan paling diburu kolektor batu mulia dunia meskipun harganya selangit.
Sebenarnya, popularitas kedua jenis batu sudah terjadi sejak zaman pemerintah kolonial Belanda sekitar tahun 1878.
Bahkan, Akik Nagasui dan akik panca warna hijau dan pancawarna sudah mulai dieksploitasi Belanda di kala itu.
Buktinya batu mulia itu pernah diangkut dalam jumlah yang banyak menggunakan kereta api uap tujuan Kecamatan Cikajang sampai Kecamatan Cibatu dan dilanjutkan kereta api jurusan Batavia (Jakarta saat ini).
Seorang kolektor batu Garut, Maman sufarman menceritakan, batu Garut hijau dan pancawarna bahkan juga dibawa hingga ke Belanda dan Eropa sebagai bukti bahwa hasil bumi Indonesia melimpah.
"Sebagai fakta kongkrit batu hijau Garut kualitas bagus yang bisa menyaingi jamrud Rusia adalah batu hijau Garut yang pakai cincin pangeran Charles. Cincin batu hijau Bangsawan Inggris tersebut dibeli dari Belanda dengan harga bermiliar-miliar jika dirupiahkan”, kata Maman.
Kenapa Batu Hijau Garut harganya selangit
111 Hektare Lahan di Cibatuireng Menyimpan Beragam Batu Akik Nagasui dan akik panca warna
Puluhan jenis batu Akik Nagasui dan akik panca warna ditemukan di Kampung/Desa Cibatuireng, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya. Beberapa jenis di antaranya sudah populer di kalangan penghobi batu Akik Nagasui dan akik panca warna, seperti pancawarna, sarangtawon, lavender, solar dan kecubung.
Pemilik lahan yang mengandung batu Akik Nagasui dan akik panca warna, Herdis Pagi (59), saat ditemui di kediamannya, Selasa (10/2), mengungkapkan, batu Akik Nagasui dan akik panca warna Cibatuireng sebenarnya sudah ditemukan sejak lama. Dengan luas lahan mencapai 111 hektare, termasuk yang berada di tamah desa dan negara. Tapi selama ini belum tereksploitasi karena saat itu batu Akik Nagasui dan akik panca warna belum populer. "Saat ini kami menunggu investor untuk mengeksploitasi pontensinya," jelasnya.
Herdis mengklaim batu Akik Nagasui dan akik panca warna miliknya tersebut tak kalah kualitas dengan batu Akik Nagasui dan akik panca warna Bungbulang, Garut, yang sudah dikenal lebih dulu. Menurutnya, saat ini sudah mulai ada yang berminat bekerjasama, tapi belum ada yang cocok. Untuk sementara lahan tambang batu Akik Nagasui dan akik panca warna ini dijaga ketat sejumlah pekerja untuk menghindari aksi pencurian.
Sekarang ini sejumlah warga mulai melakukan penambangan dan ditampung di rumah Herdis. Beberapa warga pun mulai membuat sendiri batu Akik Nagasui dan akik panca warna. Hasilnya, sempat membuat terpana para penghobi batu Akik Nagasui dan akik panca warna yang datang ke rumahnya. "Batu-batunya sangat menantang untuk dibuat batu Akik Nagasui dan akik panca warna. Seperti yang bercorak pancawarna, kalau jeli mengerat bisa menghasilkan batu pancawarna berkualitas. Juga banyak batu tembus pandang," kata Ogi (35), alah seorang penghobi batu Akik Nagasui dan akik panca warna asal Kota Tasikmalaya. (stf)
Maret, Kontes Batu Cincin Nasional Digelar di Aceh
Gabungan Pencinta Batu Alam (GaPBA) Aceh akan mengadakan pameran dan kontes batu cincin nasional di Banda Aceh pada 6-10 Maret 2015. Even ini terbuka bagi siapa pun yang berminat. Menurut Ketua GaPBA Aceh dalam konferensi pers di Banda Aceh, Rabu (11/2 kemarin, pameran dan kontes itu dipusatkan di lantai 3 gedung baru Pasar Aceh. Untuk menjangkau tempat kegiatan, pengunjung dapat menggunakan lift dan esklator. Ruang tempat pameran dan kontes pun dilengkapi pendingin ruangan (AC).
Untuk pameran, kata Nasrul Sufi, panitia mempersiapkan 70 stan, masing-masing untuk VIP 28 buah, kelas menengah 22 buah, dan selebihnya kelas biasa. Selain posisi dan tempat yang lebih nyaman, kepada semua kelas tersebut diberikan fasilitas yang sama, yaitu steling, kaos, minum, dan sertifikat.
Jenis batu yang diperlombakan dalam kontes ini meliputi jenis idocrase berikut variannya (idocrase lumut Aceh, solar, biosolar, dan neon). Untuk kelas chalcedony diperlombakan jenis cempaka merah, sunkist, madu, dan solar madu. Untuk jenis sulaiman, mencakup lavender dan mega mendung. Diperlombakan juga batu gelila, batu bergambar (picture agate), pancawarna, lumut Akik Nagasui dan akik panca warna, batu bacan (chysocola), batu unik antik, batu langka, nefrite jade, dan black jade.
Semua batu alam yang dikonteskan itu, kata Nasrul, tidak dibutuhkan hasil lab karena penyelenggara telah menunjuk dewan juri yang sangat profesional.
Menurut Nasrul, sudah lebih 80 peserta dari luar Aceh yang mendaftar untuk ikut dalam pameran dan kontes ini. “Melalui even ini kita ingin perkenalkan potensi batu alam Aceh yang sangat banyak jenis dan begitu luas persebarannya,” kata Nasrul sembari menyebutkan bahwa pameran dan kontes ini mengusung tema: Batu Aceh di Mata Dunia.
“Alhamdulillah, saat ini khusus VIP hanya tersisa lima stan lagi, sedangkan stan kelas menengah yang telah dibooking mencapai 12. Untuk kelas biasa, yang tersisa masih lumayan banyak,” kata Nasrul sembari menyebutkan bahwa stan tersebut berbayar dengan tarif yang bervariasi, mulai dari Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar